Jakarta – Presiden Perhimpunan Endokrin Indonesia (PERKENI) Profesor Kitut Swastika mengatakan, data yang dikeluarkan International Diabetes Federation (IDF) menyatakan Indonesia memiliki kasus diabetes yang waspada.
Indonesia menempati urutan ketujuh dari sepuluh negara dengan jumlah penderita diabetes terbesar, 10.681.400 orang pada tahun 2020, dengan angka prevalensi 6,2%. Jumlah ini diharapkan meningkat menjadi 16,7 juta pasien pada tahun 2045.
“Dengan data tahun ini, 1 dari 25 penduduk Indonesia atau 10% penduduk Indonesia mengidap diabetes,” kata Swastika dalam siaran persnya, Rabu (11/4).
Menurutnya, sebagian besar kasus di Indonesia merupakan diabetes tipe 2 atau diabetes melitus akibat pola hidup yang tidak sehat. Melihat jumlahnya yang sangat besar, artinya setiap orang memiliki saudara, teman atau bahkan keluarga yang mengidap diabetes.
Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Kemenkes tahun 2018, kata Suastika, prevalensi diabetes di Indonesia sebesar 10,9%, dan diperkirakan juga akan terus meningkat. Kondisi ini tentunya dapat mempersulit proses pengendalian dan penanganan diabetes.
“Setiap orang harus mewaspadai kondisi kita. Kita harus ingat bahwa gejala klasik diabetes yang bisa didiagnosis sejak awal adalah banyak minum alkohol, buang air kecil dan berat badan turun drastis,” ujarnya.
Oleh karena itu, bagi penderita diabetes (penderita diabetes), penting untuk memeriksakan kadar gula darah secara rutin dan melakukan tindakan pencegahan terutama pada saat wabah Covid-19 terjadi. Diabetes merupakan penyakit atau komorbiditas yang sering dijumpai pada pasien yang terinfeksi virus Covid-19 menempati urutan kedua yaitu 34,4% kasus di Indonesia.
Pada 14 Mei 2020, IDF melaporkan bahwa 463 juta orang dewasa di dunia menderita diabetes dengan prevalensi global 9,3%. Namun, kondisi serius adalah 50,1% penderita diabetes tidak terdiagnosis.
Hal ini menjadikan kasus diabetes sebagai silent killer yang masih menghantui dunia. Jumlah penderita diabetes diperkirakan meningkat 45%, atau 629 juta penderita per 2045. Faktanya, hingga 75% penderita diabetes pada tahun 2020 berusia antara 20-64 tahun.
Pencegahan dan Pengendalian
Sementara itu, anggota Western Pacific Executive Committee (2009-2011 & 2012-2015) Profesor Syed, jurnalis Soegundo menjelaskan, peningkatan jumlah penderita diabetes tipe 2 didorong oleh interaksi yang kompleks antara faktor pertumbuhan sosial ekonomi, demografi, lingkungan dan genetik.
Kontribusi besar lainnya termasuk masuknya urbanisasi, penuaan populasi, berkurangnya aktivitas fisik di komunitas perkotaan, dan peningkatan obesitas dan kelebihan berat badan.
Menurutnya, tingginya angka penderita diabetes membuat pengendalian diabetes membutuhkan perhatian semua orang, serta kebijakan nasional dengan pendekatan yang terintegrasi.
Keberadaan komunitas sadar diabetes dan keluarga perawatan diabetes sangat penting untuk meningkatkan kesadaran dan kewaspadaan masyarakat dalam pengendalian diabetes.
“Keluarga merupakan mediator yang efektif dan mudah bagi upaya kesehatan,” kata wartawan Syed.
Sedangkan upaya yang dapat dilakukan keluarga dengan diabetes meliputi perencanaan makan, perencanaan olah raga, manajemen pengobatan dan edukasi. Hal yang masih perlu ditingkatkan adalah upaya keluarga untuk mengatur pola makan sehat dan gizi seimbang, serta ajakan untuk berolahraga.
Ia menjelaskan, “Hasil penelitian terkait dengan dukungan keluarga yang positif, yang mengarah pada pengendalian gula darah yang lebih baik. Sedangkan 42,2% memiliki kadar gula darah yang lebih terkontrol.” (Hiri Supriatna)
“Pencipta. Siswa yang bangga. Pengacara media sosial yang setia. Pengusaha Wannabe.”