Demonstrasi di Thailand, izin polisi untuk memantau halaman media untuk semua orang

Demonstrasi di Thailand, izin polisi untuk memantau halaman media untuk semua orang

KOMPAS.com – Tindakan BuktiItu adalah salah satu tuntutan pengunduran diri Perdana Menteri Thailand Prayuth Chan Usha, masih pergi.

Luncurkan dari AP NewsSekarang, polisi Thailand memberi kesan bahwa mereka menyensor liputan Bukti itu terjadi.

Pemerintah Perdana Menteri Prayut Chan Usha sebelumnya mengeluarkan keputusan yang melarang pertemuan publik lebih dari empat orang di Bangkok, Thailand.

Keputusan tersebut kemudian memberikan kewenangan luas kepada polisi untuk menahan orang-orang yang diyakini mempengaruhi keamanan nasional.

Sejauh ini, berdasarkan undang-undang saat ini, larangan menyiarkan dan konten internet adalah hak prerogatif dari Otoritas Nasional Penyiaran dan Komunikasi serta Kementerian Ekonomi dan Masyarakat Digital.

Sedangkan mulai 15 Oktober 2020, melalui keputusan darurat yang dikeluarkan Perdana Menteri Prayut, polisi bisa melakukannya.

Baca juga: Pekerjaan terus berlanjut, dan pemerintah Thailand akan menyelidiki media

Keputusan itu dikeluarkan sehari setelah pengunjuk rasa mencemooh prosesi kerajaan di negara dengan monarki yang dilindungi oleh undang-undang yang ketat.

Wakil juru bicara kepolisian Thailand, Kisana Vataracharon, membenarkan bahwa polisi telah mengirimkan permintaan kepada instansi terkait untuk mengambil tindakan terhadap penyedia informasi yang memberikan informasi yang menyimpang yang dapat menimbulkan keresahan dan kebingungan di masyarakat.

Kisana berbicara setelah salinan permintaan sensor terhadap Media Itu bocor ke penonton.

Kepala polisi Thailand menandatangani perintah pengawasan pada 16 Oktober.

Perintah tersebut meminta situs web seperti Voice TV, The Reporters, The Standard, Prachatai, dan Free Youth untuk dilarang agar kontennya dihapus.

Demikian pula, larangan siaran audio digital telah dicabut. Situs berita menyiarkan liputan langsung dari demonstrasi tersebut.

Voice TV dan Prachatai juga secara terbuka menyatakan simpati atas gerakan protes. Namun, hingga Senin, tidak ada situs terlarang yang terlihat.

READ  Setelah platipus, ternyata hewan ini bisa bersinar dalam gelap

Baca juga: Demo Thailand mirip dengan demo Hong Kong, berikut 5 persamaannya

Namun, penyedia kabel lokal dikatakan telah menyensor rilis berita internasionalnya terkait protes di Thailand.

Klub Koresponden Asing Thailand mengatakan pihaknya sangat prihatin dengan ancaman penyensoran.

Mereka memandang pemerintah kasar dan tidak tanggap terhadap kritik yang bisa mengobarkan opini publik.

“Jurnalis harus diizinkan untuk melaporkan perkembangan penting tanpa ancaman pelarangan, skorsing, sensor atau penuntutan,” kata mereka dalam sebuah pernyataan.

Baca juga: Pemerintah Thailand menyelidiki media, memindahkan langkah tersebut ke Telegram

Sejauh ini, pihak berwenang juga mencegah orang berkumpul dan menutup stasiun di jalur transit massal di Bangkok.

Dan mereka memperingatkan agar tidak mengambil tindakan hukum terhadap mereka yang telah mengintensifkan protes di media sosial, termasuk mengambil gambar dan membagikannya.

Namun, tagar terkait demonstrasi masih tinggi di Twitter.

Selama lima hari terakhir, pengunjuk rasa muda berkumpul di seluruh Bangkok untuk menuntut agar tuntutan mereka dipenuhi.

Permintaan ini termasuk perubahan konstitusi dan reformasi monarki.

Baca juga: Mengabaikan larangan protes di Thailand, jalan terus berlanjut

Pada Minggu (18/10/2020), demonstrasi meluas ke berbagai provinsi di luar Bangkok.

Terlepas dari penyebaran demonstrasi, Perdana Menteri Prayut mengatakan bahwa keadaan darurat hanya akan terjadi di Bangkok.

“Saya ingin memberi tahu mereka beberapa hal, jangan hancurkan pemerintah dan properti pribadi dan jangan menyentuh monarki,” kata Prayuth.

Para pengunjuk rasa menuduh Prayut sebagai pemimpin militer yang memimpin kudeta tahun 2014 yang menggulingkan pemerintah terpilih.

Mereka juga menuduhnya mengubah hukum untuk mendukung partai-partai yang setia kepada tentara.

Para pengunjuk rasa mengatakan bahwa konstitusi ditulis di bawah kekuasaan militer dan persetujuan dalam referendum yang tidak demokratis. Gerakan protes berkembang dengan tuntutan reformasi kerajaan.

READ  Kami tidak menyerahkan satu inci pun tanah

We will be happy to hear your thoughts

Leave a reply

MEDIABOGOR.COM AMAZON, DAS AMAZON-LOGO, AMAZONSUPPLY UND DAS AMAZONSUPPLY-LOGO SIND MARKEN VON AMAZON.COM, INC. ODER SEINE MITGLIEDER. Als AMAZON ASSOCIATE VERDIENEN WIR VERBUNDENE KOMMISSIONEN FÜR FÖRDERBARE KÄUFE. DANKE, AMAZON, DASS SIE UNS UNTERSTÜTZT HABEN, UNSERE WEBSITE-GEBÜHREN ZU ZAHLEN! ALLE PRODUKTBILDER SIND EIGENTUM VON AMAZON.COM UND SEINEN VERKÄUFERN.
Media Bogor