TEMPO.CODan Jakarta – area hijau Aktivis kehutanan Indonesia, Asip Kumarudin, mengatakan kurikulum tentang perubahan iklim sangat dibutuhkan dalam pendidikan nasional.
“Kita membutuhkan pendekatan ini untuk menghilangkan kelompok-kelompok yang menyangkal krisis iklim dan menghasilkan generasi muda dan generasi masa depan yang siap menghadapi krisis iklim,” kata Aseep. cuaca Pada hari Kamis, 18 November.
Menurutnya, dampak krisis iklim sudah dirasakan di Indonesia karena merupakan negara kepulauan. Namun, komitmen pemerintah untuk mengatasi krisis hanya di atas kertas.
Asep menjelaskan, sejumlah topik harus dimasukkan dalam kurikulum iklim, seperti penyebab krisis iklim sehingga mendidik generasi muda untuk berpartisipasi dalam memerangi perusakan alam.
Topik lainnya adalah tanggap bencana dan mitigasi dan hak atas keadilan antargenerasi. Aseeb percaya bahwa generasi mendatang dapat mengklaim hak-hak mereka dan berkontribusi pada pembangunan yang mempertimbangkan lebih banyak dampak lingkungan.
Lebih lanjut Asep menjelaskan, yang membedakan kurikulum iklim dengan pendidikan lingkungan adalah penekanan pada aspek krisis. Berdasarkan panel antar pemerintah yang relevan Perubahan iklimDitambahkannya, kondisi iklim saat ini sudah melalui tahap krisis.
Sebelumnya pada Rabu, 17 November, Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi Nadim Makarem mengatakan bahwa pendidikan lingkungan yang memperkenalkan konsep keberlanjutan sangat penting untuk mengubah sistem pendidikan negara.
sedang membaca: Greenpeace siap menghadapi laporan polisi yang mengkritik pidato Jokowi
Jessica Ester