Jakarta, CNBC IndonesiaIndeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berhasil menguat dalam tiga minggu terakhir. Sejak 4 November, IHSG berhasil naik dari 5.105,19 ke level penutupan kemarin (23/11/20) di 5.652,76 atau naik 10,72% atau 547 poin.
Kenaikan ini saja meningkatkan total nilai pasar perusahaan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) dari sekitar 5.950 triliun rupee menjadi 6.591 triliun rupee.
Penguatan IHSG tentu saja turut menambah sepuluh saham ekuitas terbesar yang juga dikenal dengan kapitalisasi besar. Jika dicermati, dari 10 saham berukuran besar, ada saham yang berani dibayar oleh investor dengan harga tinggi atas kinerja dividennya yang baik dan murah hati.
Meski nilai saham dan aset tidak terlalu besar, nilai kapitalisasi bisa puluhan kali lipat dari nilai ekuitas. Mari kita lihat tabel di bawah ini.
Emiten dengan aset terbesar di pasar saham Indonesia berasal dari sektor perbankan. Hal ini beralasan karena model bisnis perbankan bertindak sebagai perantara antara pemberi pinjaman, dalam hal ini nasabah bank, kepada penerima pinjaman.
Sehingga wajar jika aset bank besar untuk dicatat karena komposisi aset tersebut yang terbesar tentunya adalah liabilitas, dalam hal ini uang pihak ketiga dari nasabah.
Sedangkan Big Cap yang lebih kecil telah menyelinap ke PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) yang “hanya” memiliki aset Rp 20 triliun. Selain aset yang relatif kecil, saham juga merupakan yang terkecil di antara sepuluh perusahaan teratas lainnya, yakni Rp 5 triliun.
Meski aset dan ekuitas pemegang sahamnya kecil, ternyata UNVR berhasil menduduki peringkat keempat dengan kapitalisasi pasar terbesar di Indonesia dengan 294 triliun rupee atau hampir 60 kali ekuitas.
Hal ini menunjukkan bahwa investor bersedia membayar “dengan murah hati” untuk membeli saham UNVR. Ini terjadi karena profitabilitas yang baik dari program UNVR.
Bayangkan saja return on asset laba bersih UNVR (ROA) sebesar 36,8%, bahkan jika return on equity (ROE) digunakan, angka tersebut akan membengkak menjadi 115%, jauh lebih tinggi dibandingkan perusahaan besar lain yang hanya memiliki return sepuluh persen. Hak milik.
Artinya setiap tahun UNVR mampu membukukan laba bersih yang melebihi ekuitas bahkan di tahun pandemi. Jika dikonversikan setiap tahun, UNVR selanjutnya akan membukukan laba bersih 5,75 triliun rupee, lebih besar dari ekuitas “tunggal” sebesar 5 triliun rupee.
Profitabilitas UNVR yang tinggi tidak terlepas dari produk utama yang dijual UNVR yang merupakan kebutuhan sehari-hari karena konsumen masih terus mencari barang-barang tersebut bahkan di tengah serangan Covid-19.
Komoditas tersebut juga memiliki margin keuntungan yang tinggi seperti yang ditunjukkan oleh Gross Profit Margin (GPM) UNVR sebesar 51,98%. Artinya, biaya produksi produk Unilever kurang dari setengah harga jual pasar mereka.
Gabungkan ini dengan keberanian perusahaan untuk mendistribusikan semua laba bersihnya sebagai dividen yang menunjukkan bahwa UNVR adalah perusahaan yang mapan Sudah didirikan (Dewasa).
UNVR tidak perlu menyisihkan keuntungannya untuk mendanai ekspansi, sehingga memiliki kelonggaran untuk membagikannya dengan pemegang saham, tanpa mengancam operasional.
Hal ini dibuktikan dengan rasio pembagian dividen (DPR) UNVR selama lima tahun terakhir karena perseroan selalu membagikan keuntungan sekitar 99% dari laba bersihnya kecuali tahun 2019 dimana perusahaan hanya menyumbang 55% dari laba bersihnya akibat pandemi virus Corona.
Tim Riset CNBC Indonesia
(trp / trp)
“Gamer. Zombie fanatik. Praktisi web. Introvert. Rentan terhadap sikap apatis. Wannabe food ninja.”