Jakarta, CNBC Indonesia – Akumulasi pembelian investor di pasar saham lokal terjadi secara signifikan. Pekan lalu, nilai kesepakatan rata-rata tercatat 14,88 triliun rupee per pekan.
Nilai tersebut melonjak 19,85% dibandingkan pekan sebelumnya yang tercatat sebesar 12,42 triliun rupee. Pekan ini, nilai transaksinya juga tercatat lebih dari 14 triliun rupee per hari.
Manajer Perdagangan dan Anggota Bursa, Laxono Widodo memberikan penjelasan tentang kenaikan nilai transaksi di bursa lokal belakangan ini. Selain investor ritel, kata Laksono, beberapa investor institusi juga telah mengeluarkan dana, seperti dapen dan asuransi dana pensiun, meski nilainya tidak sebesar investor ritel.
“Institusi juga termasuk. Tapi bukan ukuran retailnya,” ujarnya saat dihubungi CNBC Indonesia, Kamis (3/12/2020).
Mengacu pada data BEI, nilai transaksi pada sesi pertama ini tercatat sebesar Rp 13,4 triliun dengan frekuensi sebanyak 864,653 kali.
Secara rinci, dari jumlah tersebut, investor lokal melakukan pembelian senilai 10,8 triliun rupee dan menghasilkan penjualan sebesar 10,9 triliun rupee. Pembelian dari investor asing berjumlah 2,7 triliun rupee dan 2,6 triliun rupee dilepaskan.
Beberapa saham yang dibeli investor asing pada perdagangan hari ini antara lain PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) seharga Rp 474,9 miliar, PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) seharga Rp 352,3 miliar, dan PT Vale Indonesia Tbk (INCO) seharga Rp. 136,4 miliar Rials Oman.
Sementara data BEI melaporkan bahwa year on year, dari awal tahun hingga kemarin, nilai equity deal mencapai 8,5 triliun rupee. Nilai kesepakatan telah menurun karena pandemi Covid-19.
Namun, bulan lalu, nilai kesepakatan rata-rata tercatat 12,18 triliun rupee.
Namun, menurut analis Panin Securitas William Hartanto, kenaikan frekuensi tidak bisa dijadikan tolak ukur masuknya perusahaan ke pasar. Namun, peningkatan nilai transaksi menunjukkan bahwa sejumlah besar uang telah masuk ke pasar.
Bisa jadi dari investor retail yang menggunakan uang lebih banyak dari biasanya menggunakan margin, misalnya, katanya kepada CNBC Indonesia, Kamis (3/12/2020).
Meski tak memungkiri, investor institusi masuk ke pasar untuk merapikan portofolionya (jendela penghias) di akhir tahun.
“Jadi ada kemungkinan institusi masuk ke pasar karena window dressing, tapi saya lihat ada juga aksi investor ritel di dalamnya,” kata William.
Transaksi kontrol lokal
Mengacu pada data Statistik Pasar Modal OJK, secara tren, transaksi di Bursa Efek Indonesia didominasi oleh investor lokal.
Setidaknya, tren peningkatan ini telah diperhatikan sejak Juni, dengan investor lokal berkontribusi 69,22% dari kesepakatan tersebut. Sedangkan investor asing mencetak 30,78%.
Hingga pekan kedua November, porsi investor lokal terus meningkat mencapai 73,59%, dengan investor asing mencapai 26,41%.
Tak heran, Kepala BEI Inarno Djajadi menyebut tahun ini sebagai tahun pemulihan bagi investor ritel.
Menurut Inarno, sepanjang November, rata-rata 151.000 investor ritel terlibat aktif setiap harinya. Angka tersebut meningkat pesat sebesar 196% dari situasi pada Januari 2020, seiring dengan aktifnya investor ritel dengan hingga 51.000 investor.
Sementara kepemilikan investor ritel juga meningkat menjadi 12,2% dari total kepemilikan ekuitas di bulan Oktober. Tahun lalu, hanya 10,6%.
“Tahun ini adalah awal dari kebangkitan [investor] Kata Annarno di Forum Media Pasar Modal, Selasa (11/1/2020).
(Kuda / kuda)
“Gamer. Zombie fanatik. Praktisi web. Introvert. Rentan terhadap sikap apatis. Wannabe food ninja.”