Jakarta, CNBC Indonesia – Kementerian Keuangan Saudi mengharapkan untuk meningkatkan defisit anggaran tahun 2020 menjadi sekitar 79 miliar USD (Rp 1,1 kuadriliun / Rp 14.148 / USD).
Ini terjadi karena pengekspor minyak mentah terbesar di dunia telah terhambat oleh perlambatan ekonomi yang disebabkan oleh virus Corona.
Kementerian Keuangan mengatakan: “Pada akhir tahun 2020, defisit anggaran diperkirakan akan meningkat menjadi sekitar 298 miliar riyal, dan kami bertujuan untuk menguranginya pada akhir tahun 2021 menjadi 141 miliar riyal ($ 37,6 miliar).” Agen Pers PrancisRabu (16/12/2020).
Meskipun, pada akhir tahun lalu, Kerajaan memproyeksikan defisit anggaran sebesar 50 miliar dolar AS (707 triliun rupee) untuk tahun 2020, meningkat 15 miliar dolar AS (212 triliun rupee) pada tahun 2019.
Riyadh telah mencatat defisit anggaran setiap tahun sejak penurunan terakhir harga minyak pada 2014. Hal ini mendorong negara-petro itu meminjam banyak dan menarik cadangannya untuk menutupi kekurangan itu.
Negara kerajaan juga mengencangkan ikat pinggangnya dan melanjutkan langkah-langkah penghematan di tengah harga minyak yang rendah.
Pendapatan minyak di Arab mencakup lebih dari dua pertiga pendapatan publik. Pada November, raksasa energi Aramco mencatat penurunan laba kuartal ketiga sebesar 44,6 persen, karena penurunan permintaan minyak mentah global selama epidemi Covid-19.
Para ekonom mengatakan Arab Saudi membutuhkan harga minyak mentah sekitar $ 80 (1,1 juta rupee) per barel untuk menyeimbangkan anggarannya. Ini lebih tinggi dari harga saat ini sekitar $ 50 (707.000 rupee).
Halaman 2 >>
“Zombie fanatik. Twitter nerd. Pemecah masalah. Penginjil budaya pop. Pakar media sosial yang khas.”