Jakarta (ANTARA) – Pakar kebijakan luar negeri Dino Patti Djalal menyoroti perlunya Indonesia memiliki strategi kebijakan luar negeri yang besar.
“Apa yang hilang? Yang hilang adalah strategi besar yang menyeluruh,” kata Djalal dalam diskusi publik “Outlook Kebijakan Luar Negeri 2023” Indonesia yang diselenggarakan oleh Komunitas Kebijakan Luar Negeri Indonesia (FPCI) di Jakarta, Selasa.
Di bawah pemerintahan Presiden Joko Widodo, Indonesia telah menyusun strategi besar Poros Maritim Dunia, sebuah pendekatan yang bertujuan untuk berkontribusi pada stabilitas di kawasan Indo-Pasifik, katanya.
Namun, Djalal yang juga pendiri dan ketua FPCI menilai strategi tersebut belum sepenuhnya diterapkan.
Dan itu lebih banyak proyek infrastruktur daripada geopolitik, tambahnya.
Tantangan bagi Indonesia dengan modal diplomasi dan politik yang semakin meningkat, kata dia, adalah perlunya meningkatkan perannya dalam membantu penanganan isu-isu geopolitik.
Presiden Widodo lebih banyak terlibat dalam sejumlah pakta perdagangan bebas, namun lebih berhati-hati dengan isu geopolitik.
Padahal, tantangan geopolitik, pertentangan, dan rivalitas yang terus meningkat di negara-negara di dunia menuntut Indonesia untuk memberikan respon yang lebih dari sekedar maju selangkah.
“Kami hanya mengatakan, dialog, tidak ada persaingan, kerja sama dan perdamaian, itu tema yang bagus. Tapi, Anda harus lebih dalam dari itu,” katanya.
Indonesia, lanjutnya, perlu menerjemahkan langkah-langkah tersebut ke dalam strategi Indo-Pasifik, strategi ASEAN, strategi multilateral, dan strategi Pasifik Selatan.
Indonesia memiliki banyak kemitraan strategis. Namun, Djalal menginformasikan bahwa kemitraan strategis berjalan sendiri-sendiri, tanpa strategi besar yang membimbing mereka dengan benar, katanya.
Oleh karena itu, Indonesia perlu lebih memperhatikan dan meningkatkan perannya dalam membantu penanganan isu-isu geopolitik, dia membuka.
“Kita memang perlu meningkatkan permainan geopolitik kita,” kata Djalal.
Berita Terkait: Indonesia harus mengidentifikasi isu-isu dalam kebijakan luar negeri: Pakar
Berita Terkait: Penegasan politik luar negeri bebas aktif Indonesia di G20
“Zombie fanatik. Twitter nerd. Pemecah masalah. Penginjil budaya pop. Pakar media sosial yang khas.”