Termasuk Indonesia yang menjadi salah satu pionir pembuatan aplikasi bernama iPusnas
Jakarta (ANTARA) – Paradigma perpustakaan lama perlu diganti dengan paradigma baru yang berbasis pemanfaatan teknologi informasi dan inklusi sosial, menurut Kepala Perpustakaan Nasional Indonesia (Perpusnas) Muhammad Syarfi Bando.
Dia mengatakan di sini pada hari Selasa bahwa pengamatan didasarkan pada diskusi di General Conference of Directors National Libraries in Asia and Oceania (CDNLAO).
Di bawah paradigma perpustakaan baru, perpustakaan menjangkau masyarakat dengan mengembangkan aplikasi teknologi informasi. Saat ini, orang tidak lagi mengunjungi perpustakaan, sebaliknya perpustakaan “mengunjungi” orang.
“Termasuk Indonesia yang menjadi salah satu pionir dalam pembuatan aplikasi bernama iPusnas,” ujarnya.
Di iPusnas, masyarakat bisa membaca buku dari 800 penerbit di smartphone mereka, tambahnya.
Berita Terkait: Jakarta menjadi tuan rumah Konferensi Direktur Perpustakaan di Asia dan Oseania
Paradigma perpustakaan baru juga melibatkan transformasi perpustakaan berbasis inklusi sosial, yang telah mendapatkan apresiasi dari negara lain.
“Sekarang saatnya kita mentransfer ilmu kepada masyarakat untuk menjangkau kaum marginal melalui perpustakaan,” kata Bando.
Selain itu, paradigma baru tersebut mencakup penguatan literasi di daerah terdepan, terluar, dan tertinggal (3T), yang menjadi program utama pemerintahan Presiden Joko Widodo untuk membangun Indonesia mulai dari masyarakat marginal.
Hal ini dilakukan melalui perpustakaan keliling dan perpustakaan mini seperti pojok baca digital.
Berita Terkait: Perpustakaan Nasional mendorong penyediaan keterampilan yang berlaku bagi masyarakat
CDNLAO ke-28 diadakan dari 24 Oktober hingga 27 Oktober 2022, di sini. Ini adalah ketiga kalinya Indonesia menjadi tuan rumah CDNLAO setelah tahun 2007 dan 2012.
CDNLAO tahun ini memiliki tiga subtema: keberlanjutan, inklusi, dan inovasi.
Acara ini menghadirkan pembicara dari Perpusnas, International Federation of Library Associations and Institutions (IFLA), Perpustakaan Nasional Iran, dan Perpustakaan Nasional Vietnam.
Pembicara dari Perpustakaan Nasional Filipina, Perpustakaan Nasional Singapura, Perpustakaan Nasional Qatar, dan Perpustakaan Nasional China juga dijadwalkan untuk berbicara di acara tersebut.
Berita Terkait: G20: HMM ke-2 untuk membahas lima area fokus terkait sektor kesehatan
Berita Terkait: BSSN berbagi strategi pengamanan dunia maya selama KTT G20
“Zombie fanatik. Twitter nerd. Pemecah masalah. Penginjil budaya pop. Pakar media sosial yang khas.”