Yayan GH Mulyana (The Jakarta Post)
PREMIUM
Jakarta ●
Rab, 20 April 2022
Pada tanggal 18 April 1955, 67 tahun yang lalu, Indonesia menjadi tuan rumah Konferensi Asia-Afrika yang bersejarah di Bandung. Konferensi tersebut merupakan tanggapan tegas dari negara-negara Asia dan Afrika – banyak yang baru lahir – terhadap dunia Perang Dingin bipolar yang sedang berkembang.
Ini mendefinisikan cara yang berbeda dalam memahami dan membangun hubungan internasional, yang pada waktu itu ditandai oleh konfrontasi antara blok Timur dan Barat. Dalam kata-kata menteri luar negeri saat itu Roeslan Abdulgani, konferensi Bandung menetapkan jalan tengah dan jalan bebas bangsa-bangsa Asia-Afrika di antara jalan-jalan ekstrem para antagonis Perang Dingin.
Salah satu hasil penting dari konferensi Daasila Bandung – satu set 10, diadakan sebagai dasar normatif bagi negara-negara peserta konferensi dalam hubungan navigasi negara-negara di dunia yang termasuk dalam bipolar. Selama bertahun-tahun di era Perang Dingin, prinsip-prinsip tersebut sangat membantu negara-negara dalam menyusun strategi diplomasi dan hubungan luar negeri yang mencerminkan semangat jalan tengah dan jalan bebas.
untuk Membaca Cerita Lengkap
BERLANGGANAN SEKARANG
Mulai dari Rp 55.500/bulan
- Akses tak terbatas ke konten web dan aplikasi kami
- e-Post surat kabar digital harian
- Tidak ada iklan, tidak ada interupsi
- Akses istimewa ke acara dan program kami
- Berlangganan buletin kami
Atau biarkan Google mengelola langganan Anda
“Zombie fanatik. Twitter nerd. Pemecah masalah. Penginjil budaya pop. Pakar media sosial yang khas.”