TRIBUNJATENG.COM, WASHINGTON – Sebelum ledakan di Beirut Lebanon, seorang kontraktor Pemerintah Amerika Serikat ( AS) sudah memberitahu pejabat Pelabuhan Beirut empat tahun lalu.
Saat itu disampaikan keprihatinan tentang penyimpanan tidak aman bahan kimia itu yang mudah memicu ledakan dahsyat.
Tidak ada indikasi kontraktor itu mengkomunikasikan kekhawatirannya kepada siapapun di Pemerintahan AS.
• Kapolresta Solo Kombes Pol Ade Sebut Penyerangan di Solo Berawal dari Hasutan, Overall 5 Ditangkap
• Penantang Gibran Diterpa Pemalsuan Dokumen Persyaratan Dukungan di Pilkada Solo 2020
• Lakukan Pelecehan Seksual Tiga Polwan, Kasatreskrim Dinonaktifkan, Korban Tolak Berdamai
• Golkar dan PAN Resmi Dukung Gibran, Zulkifli Yakin Ramalan Menang di Atas 80 Persen Benar
Penilaiannya dicatat secara singkat dalam kabel Departemen Luar Negeri empat halaman yang pertama kali dilaporkan oleh The New York Situations, Selasa (11/8/2020).
Kabel, berlabel sensitif tetapi tidak rahasia, sebagian besar berhubungan dengan tanggapan Lebanon terhadap ledakan dan asal-usul serta disposisi amoniak nitrat.
Tetapi juga dicatat setelah ledakan 4 Agustus 2020, seseorang telah menasihati Angkatan Laut Lebanon di bawah kontrak Angkatan Darat AS dari 2013 hingga 2016.
Kepada Departemen Luar Negeri AS dia telah melakukan inspeksi fasilitas pelabuhan pada langkah-langkah keamanan.
Dia melapor ke petugas pelabuhan tentang penyimpanan amoniak nitrat yang tidak aman.
Kekhawatiran tentang amoniak nitrat diketahui pemerintah Lebanon sebelum ledakan mematikan itu, kata para pejabat.
Kontraktor, yang tidak disebutkan namanya, sekarang menjadi pegawai Departemen Luar Negeri yang berbasis di Ukraina.
“Penulis. Idola remaja masa depan. Praktisi media sosial. Murid Wannabe. Analis. Fanatik zombie seumur hidup. Komunikator.”