Jakarta, CNN Indonesia –
Pemerintah Peru untuk sementara menghentikan uji klinis vaksin fase 3 yang diproduksi oleh perusahaan China Sinopharm setelah para sukarelawan mengalami masalah neurologis.
Pada hari Jumat, Institut Kesehatan Nasional di Peru memutuskan untuk menghentikan uji klinis karena salah satu sukarelawan mengalami kesulitan untuk menggerakkan tangannya.
“Beberapa hari yang lalu, kami memberikan indikasi, sebagaimana seharusnya menjadi tugas kami, kepada pihak berwenang bahwa salah satu peserta dalam uji klinis menunjukkan gejala neurologis, yang bisa dikaitkan dengan sindrom Guillain-Barré,” kata ketua peneliti, German Malaga, seperti dikutip dari dia. Agen Pers Prancis.
Sindrom Guillain-Ari adalah penyakit langka dan tidak menular yang memengaruhi gerakan tangan dan kaki. Pada Juni tahun lalu, Peru memberlakukan kasus kesehatan sementara terkait dengan deteksi beberapa kasus terkait sindrom tersebut.
Pada tahun 1970, program vaksinasi di Amerika Serikat terhadap virus flu babi juga dihentikan sementara karena 450 orang yang divaksinasi mengalami sindrom paralitik ini.
Uji klinis vaksin Sinopharm, yang melibatkan 12.000 orang, akan selesai minggu ini dan hasilnya akan diumumkan pada pertengahan tahun depan.
Jika terbukti berhasil, pemerintah Peru akan membeli 20 juta dosis Sinopharm untuk memvaksinasi hampir dua pertiga populasinya.
Saat ini, sekitar 60.000 orang telah disuntik dengan vaksin Sinopharm dalam uji klinis yang dilakukan di Argentina, Rusia, dan Arab Saudi.
Peru sendiri merupakan negara dengan angka kematian tertinggi per 1.000 penduduk di dunia, dengan total 36.499 kematian, sedangkan jumlah yang terinfeksi melebihi 979.000.
(Volkswagen)
“Zombie fanatik. Twitter nerd. Pemecah masalah. Penginjil budaya pop. Pakar media sosial yang khas.”